Total Tayangan Halaman

Follow Me

free counters

ShoutMix chat widget

postheadericon MAMBANGKIK BATANG TARANDAM

Kata Pengantar
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga sampai saat ini kita masih berada dalam keadaan sehat dan sanggup melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Selanjutnya, marilah kita sampaikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah ke zaman islamiah. Beliau juga telah meninggalkan dua buah pusaka yang apabila kita berpegang teguh pada keduanya maka kita akan hidup bahagia selama-lamanya di dunia dan akhirat. Kedua buah pusaka itu adalah Al-Qur’an dan Sunnah.
Penulis mengucapkan terima kasih atas fasilitas dan waktu yang telah teman-teman berikan pada penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Selanjutnya , penulis juga mengucapkan terima kasih atas kesediaan teman-teman meluangkan waktunya untuk mau mengoreksi makalah penulis.
Terima kasih atas perhatian yang sangat besar yang telah teman-teman warga asrama Merapi Singgalang berikan kepada kami meskipun dengan cara-cara yang berbeda dan tidak kami sadari sebelumnya. Kami paham bahwa itu semua teman-teman lakukan agar kami bisa menyatu dalam sebuah proses. Semoga Allah membalas kebaikan dan kasih saying teman-teman dengan kebaikan dan kasih saying abadi dari Allah SWT.
Seterusnya, kepada sahabat-sahabat penulis yang senasib dan sepenanggungan dengan penulis yang selalu memberikan dorongan agar penulis menyelesaikan makalah ini dengan baik. Meskipun penulis sering mengulur-ulur waktu dan membuat sahabat-sahabat penulis merasa kesal pada penulis, sahabat-sahabat penulis tetap setia memberikan dukungan moral agar penulis mengerjakan makalah tepat pada waktunya.
Dan terakhir, kepada semua pihak yang telah memberikan konstribusi baik secara langsung atau tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu. Sebagai manusia yang sering melakukan kekhilafan, penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih atas kesediaan teman-teman memberikan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan kita bersama. Apabila ada kesalahan maka itu adalah kesalahan dari pikiran penulis yang awam ini. Ambillah hikmah yang bermanfaat dalam makalah ini.
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penulisan Makalah
Akhir-akhir ini, kita sudah kesulitan menemukan figur pemipin Islami dari generasi muda Minangkabau. Ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan masa keemasan masyarakat Minangkabau disegani di mata nasional maupun kancah internasional. Kita sudah rindu untuk melihat generasi muda kita seperti generasi Buya HAMKA, Muh. Yamin, Moh. Hatta, M. Natsir. Apa penyebab generasi muda kita tidak sanggup melanjutkan estafet dari generasi emas sebelumnya? Hal ini disebabkan oleh banyaknya penyimpangan yang dilaksanakan oleh putera-puteri Minangkabau dengan melupakan filosofi penting yaitu Adat Basandi Syarak- Syarak Basandi Kitabullah.
2. Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini dibuat dengan berbagai tujuan. Secara teoritis, makalah ini merupakan salah satu syarat untuk menjadi anggota baru Asrama Mahasiswa Merapi Singgalang 2008.
Namun secara implisit, penulis bermaksud mengajak pembaca dan pendengar untuk memahami isi makalah ini dan sekiranya dapat menjalankan beberapa amanat yang terkandung dalam makalah ini. Penulis berharap agar pembaca, pendengar, dan bahkan penulis sendiri untuk dapat melanjutkan estafet generasi emas Minangkabau. Penulis ingin agar kita bisa memakai dan mengamalkan filosofi terdahulu yang telah lama terpendam.
BAB II ISI
1. Sekilas Tentang Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah
Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah merupakan hasil kesepakatan Piagam Sumpah Satie Bukik Marapalam di awal abad ke 19. Sejarah membuktikan, kesepakatan yang bijak itu telah memberikan peluang tumbuhnya beberapa angkatan generasi emas selama lebih satu abad berikutnya. Dalam periode keemasan itu, Minangkabau dikenal sebagai lumbung penghasil tokoh dan pemimpin, baik dari kalangan alim ulama maupun cendekiawan pemikir dan pemimpin sosial politik yang berkiprah di tataran nusantara serta dunia internasional. Mereka merupakan ujung tombak kebangkitan budaya dan politik bangsa Indonesia pada awal abad ke 20, serta dalam upaya memerdekakan bangsa ini di pertengahan abad 20.
Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah merupakan landasan yang melahirkan kelompok signifikan manusia unggul dan tercerahkan. Namun, ketika adat dan agama mulai dilupakan, maka bagian peran yang berada di tangan etnis Minangkabau nyaris tak terdengar. Orang Minangkabau terkenal kuat agamanya dan kokoh adatnya. Seorang anak Minangkabau di mana saja berdiam tidak akan senang di sebut tidak beragama, dan tidak beradat. Orang yang tidak beradat dan tidak beragama Islam, di samakan kedudukannya dengan orang tidak berbudi pekerti ( tidak tahu dengan kata yang empat).
Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah adalah pandangan hidup yang menata seluruh kehidupan masyarakat Minangkabau dalam arti kata dan kenyataan yang sesungguhnya. Dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan, generasi Minangkabau dengan filosofi Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah mampu berpegang pada sikap istiqamah. Kalangan terdidik di Minangkabau khususnya selalu hidup dalam bimbingan agama Islam. Dengan bimbingan agama dalam kehidupan, maka ukhuwah persaudaraan akan terjalin dengan baik. Maka dapat dinyatakan bahwa Masyarakat Minangkabau (dahulu itu, 1800-1950) merupakan salah contoh dari Masyarakat Madani Yang Beradat dan Beradab.
2. Pentingnya Peranan Kitabullah (Al-Qur’an) Sebagai Pedoman
Pokok pikiran ”alam takambang jadi guru” menunjukkan bahwa para filsuf dan pemikir Adat Minangkabau (Datuk Perpatih Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan, menurut versi Tambo Alam Minangkabau) meletakkan landasan filosofis Adat Minangkabau atas dasar pemahaman yang mendalam tentang bagaimana bekerjanya alam semesta serta dunia ini termasuk manusia dan masyarakatnya. Secara jujur, kita harus mengakui bahwa adat tidak mungkin lenyap, manakala orang Minangkabau memahami dan mengamalkan fatwa adatnya. “Kayu pulai di Koto alam, batangnyo sandi ba sandi, Jikok pandai kito di alam, patah tumbuah hilang baganti”.
Setiap perubahan tidak akan mengganti sifat adat, selama adat itu berjalan dengan aturan Allah SWT. Keistimewaan adat ada pada falsafah adat mencakup isi yang luas. Ibarat biji yang ditanam, dipelihara, tumbuh dengan baik, semua bagiannya akan tumbuh dan melahirkan generasi yang baru sehingga menjadi sebuah kesatuan yang besar.
Sejarah yang dekat (kira-kira dua sampai tiga abad yang silam) menunjukkan bahwa di dalam kehidupan sehari-hari Masyarakat Minangkabau banyak ditemukan praktek-praktek yang kontra produktif bagi perkembangan masyarakat seperti judi, sabung ayam dan tuak dan lain-lain. Sejarah membuktikan bahwa sebelum Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah menjadi falsafah sekaligus pandangan hidup masyarakat Minangkabau, belum ada peran signifikan tokoh-tokoh yang berasal dari budaya Minangkabau yang menjadi pembawa obor peradaban di kawasan ini.
Sebaliknya, sesudah menggunakan pandangan hidup Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah, terjadi semacam lompatan kuantum di dalam budaya Minangkabau, dengan bertumbuh-kembangnya manusia-manusia unggul dan tercerahkan yang muncul menjadi tokoh-tokoh yang berperan penting dalam sejarah kawasan ini. Karena mereka hidup dengan perilaku beradat yang dipagari oleh agama.
Kekurangan turunan pertama adalah Adat Minangkabau tidak dilengkapi dengan Pedoman dan Petunjuk yang memadai tentang bagaimana ia seharusnya digunakan. Informasi yang tidak dilengkapi dengan bagaimana menggunakannya secara memadai adalah tidak bermanfaat, malah dapat menyesatkan.
Kekurangan selanjutnya, Adat yang menjadi Pedoman serta Petunjuk itu tidak dilengkapi dengan pedoman teknis perekayasaan perilaku yang memadai sehingga rumus-rumus dan resep-resep pembentukan masyarakat sejahtera berkeadilan berdasar Adat Minangkabau tidak dapat diterapkan.
Peristiwa sejarah yang menghasilkan Piagam Sumpah Satie Bukik Marapalam dapat diibaratkan bagaikan “siriah nan kambali ka gagangnyo, pinang nan kambali ka tampuaknyo”. Dari Adat yang dahulunya bersendikan kepada Nan Badiri Sandirinyo, disepakati menjadi “Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah”. Dengan diproklamasikannya Adat Basandi Syarak- Syarak Bansandi Kitabullah maka tali hubungan antara Adat Sebagai Pedoman serta Petunjuk Jalan Kehidupan itu dibuhul-eratkan kembali dengan Nan Sabana-bana Nan Bana, Nan Sabana-bana Badiri Sandirinyo.
Dan yang memiliki andil besar dalam menyatukan kembali adat sebagai pedoman dan adat sebagai petunjuk jalan kehidupan adalah Al-Qur’an. Membina masyarakat dengan memahamkan adat, yang menjangkau pikiran dan rasa yang dipunyai setiap diri, kemudian di bimbing oleh agama yang mengisi keyakinan sahih (Islam), menanam rasa malu (haya’), raso dan pareso, iman kepada Allah, yakin kepada hari akhirat. Mengenali hidup akan mati, memancangkan benteng aqidah (tauhid) dari rumah tangga dan lingkungan (surau) menjadi gerakan pencerdaskan umat.
Alangkah indahnya satu masyarakat yang memiliki adat yang kokoh dan agama (syarak) yang kuat. Tidak bertentangan satu dan lainnya, malahan yang satu bersendikan yang lainnya. Alangkah indahnya masyarakat yang hidup dalam rahmat kekeluargaan kekerabatan dengan benteng aqidah yang kuat, berusaha baik di dunia fana dan membawa amal shaleh kealam baqa. Karena Nabi Muhammad SAW telah meninggalkan 2 buah pusaka pada kita dimana apabila kita berpegang teguh pada keduanya maka kita akan bahagia hidup di dunia dan akhirat. Dan salah satu dari pusaka penting peninggalan Rasulullah SAW adalah Al-Qur’an. Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru.
Simpulannya, penerapan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah mengharuskan kehidupan perorangan serta pergaulan masyarakat Minangkabau berakar dari dan berpedoman kepada Al-Quran serta Sunnah Rasullullah.
3. Krisis Budaya Minangkabau Merupakan Miniatur dari Krisis Peradaban Manusia
Budaya Minangkabau memang mengalami krisis, karena lebih dari setengah abad terakhir ini tidak melahirkan tokoh-tokoh yang memiliki peran sentral di dalam berbagai segi kehidupan di tataran nasional maupun global. Budaya Minangkabau selama setengah abad terakhir ini gagal membentuk lingkungan sosial ekonomi yang subur bagi persemaian manusia serta masyarakat unggul dan tercerahkan. Dalam satu sudut pandang, krisis budaya Minangkabau menggambarkan krisis yang dihadapi Umat Manusia pada Millennium ke Tiga ini.
Apabila kedua sarana ini berperan sempurna, maka di kelilingnya tampil kehidupan masyarakat yang berakhlaq terpuji dan mulia (akhlaqul-karimah). “Tasindorong jajak manurun, tatukiak jajak mandaki, adaik jo syarak kok tasusun, bumi sanang padi manjadi”.
Kekuatan budaya dari syarak (Islam) menjadi rujukan pemikiran, pola tindakan masyarakat berbudaya yang terbimbing dengan sikap tauhid, kesabaran, keikhlasan, tawakkal (penyerahan diri secara bulat) kepada kekuasaan Allah yang jadi ciri utama iman dan takwa secara nyata yang memiliki relevansi diperlukan setiap masa, dalam menata sisi-sisi kehidupan kini dan masa depan.
Suatu individu atau kelompok masyarakat yang kehilangan pegangan hidup (aqidah dan adat), walau secara lahiriyah kaya materi namun miskin mental spiritual, akan terperosok kedalam tingkah laku yang menghancurkan nilai fithrah itu.
Kitab Suci yang paling terakhir (Al Qur’an) yang disampaikan melelui Nabi Muhammad SAW adalah petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia dan penjabaran rinci dan jelas dari pedoman serta tolok ukur kebenaran dalam menjalani hidup di bumi yang fana ini.
Simpulannya, krisis global yang dihadapi manusia modern disebabkan karena kebanyakan mereka mempercayai apa yang tidak layak diyakini, mereka kebanyakan menjauh dari agama langit, bahkan dari konsep-konsep agama tersebut dalam pikiran mereka, apalagi dalam perbuatan dan kegiatan mereka.
Jika dikaitkan dengan kondisi dan situasi masyarakat Minangkabau di abad ke 21 ini, mungkin telah ada jarak yang cukup jauh antara Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah sebagai konsep Pandangan Hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Asumsi atau dugaan ini menjadi penjelas serta alasan kenapa budaya Minangkabau selama setengah abad terakhir ini gagal membentuk lingkungan sosial ekonomi yang subur bagi persemaian manusia serta masyarakat unggul dan tercerahkan. Bahkan generasi muda Minangkabau saat ini sudah hidup dengan filosofi yang sangat jauh berbeda dengan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah. Faham hedonisme yang sangat mencintai kesenangan dan kenikmatan materi terus mengancam generasi muda kita yang pegangannya sudah mulai goyah. Al-Qur’an yang seharusnya menjadi pedoman hidup tidak diacuhkan lagi dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Bahkan ada generasi muda sekarang yang tidak bisa membaca Al-Qur’an. Bagaimana mau menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup jika membacanya saja kita tidak mampu.
Hal ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan genersi terdahulu yang menjadikan surau sebagai pusat kagiatan Islam. Disana para generasi muda minang diajarakan tentang Islam, dibesarkan dalam ajaran-ajaran Islam yang kental sehingga sering terdengar oleh kita bahwa jika seseorang telah mengaku orang minangkabau berarti dia sudah pasti orang Islam.
4. Mambangkik Batang Tarandam (Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah)
Mengingat besarnya peranan para generasi emas kita terdahulu baik itu Buya HAMKA, Drs. Moh. Hatta, Muh. Yamin dalam pergerakan bangsa ini sudah saatnya muncul HAMKA-HAMKA baru, Hatta-Hatta baru, Yamin_Yamin baru sebagai estafet dari generasi emas tersebut.
Meskipun kita sudah merdeka, bukan berarti perjuangan telah selesai. Masih banyak tugas terbengkalai yang harus diselesaikan. Mari kita bersama-sama Mambangkik Batang Tarandam. Mari kita hidupkan kembali filosofi sekaligus pandangan hidup Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah dalam kehidupan kita.
Hanya dengan demikianlah, kita akan mampu menghasilkan manusia dan masyarakat Minangkabau yang unggul dan tercerahkan yang berintikan para ulul albab sebagai tokoh dan pimpinan masyarakat. Yaitu generasi muda yang selalu berpikir dan menggunakan akal dalam melihat tanda-tanda kebesaran-Nya.
Manusia seperti itulah barangkali yang dimaksudkan oleh Kato Pusako “Nan Pandai Manapiak Mato Padang, Nan Indak Takuik Manantang Matoari, Nan Dapek Malawan Dunia Urang, Sarato Di Akhiraik Beko Masuak Sarugo“.
5. Perbaikan Bertahap Generasi Muda Minangkabau
Melihat betapa bobroknya generasi muda Minangkabau, bukan saatnya bagi kita untuk mencari-cari siapa yang salah dan bersikap saling menyalahkan. Memang, perubahan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak proses yang harus dilewati untuk sampai pada tujuan yang diinginkan. Asalkan kita memiliki tekad yang kuat untuk bersama-sama mau berubah maka Allah akan memudahkan kita dalam mencapai tujuan.
Tugas kita semua untuk kembali bernagari dan menggali potensi serta aset nagari yang terdiri dari budaya, harta, manusia, dan agama anutan anak nagari. Dimulai dengan memanggil potensi yang ada dalam unsur manusia. Gali kesadaran akan benih-benih kekuatan yang ada dalam diri masing-masing. Kemudian observasinya dipertajam, daya pikirnya ditingkatkan, daya geraknya didinamiskan, daya ciptanya diperhalus, daya kemauannya dibangkitkan.
Upaya ini akan berhasil dengan menumbuhkan atau mengembalikan kepercayaan kepada diri sendiri. Kepercayaan bahwa kita bisa berubah ke arah yang lebih baik.Lalu, kekuatan moral yang harus dimiliki adalah menanamkan niat yang kokoh dalam diri masing-masing untuk membina umat dalam masyarakat di nagari.
Di dalam menghadapi tantangan kontemporer yang sedang menjajah hati budi umat khususnya di Minangkabau (Sumatra Barat), ada beberapa agenda kerja yang harus dilakukan, antara lain :
1. Mengokohkan pegangan generasi Minangkabau dengan keyakinan dasar Islam sebagai suatu cara hidup yang komprehensif.
2. Memperbanyak program meningkatkan hubungan umat dengan pengamalan Alquran.
3. Memperluas penyampaian dan pemahaman fiqh Islam.
4. Menghidupkan semangat jihad di jalan Allah.
5. Menampilkan sistem pendidikan akhlak Islami melawan aliran pendidikan sekuler.
6. Menjauhi budaya pornografi dan pornoaksi.
7. Melahirkan pendakwah pembangunan nagari dan adat budaya Minangkabau yang sesuai dengan Islam, sebagai implementasi dari Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah di nagari-nagari.
8. Menimbulkan keinsafan mendalam di kalangan masyarakat Minangkabau tentang perlunya penghakiman yang adil sesuai tuntutan syarak dalam agama Islam.
9. Meningkatkan program untuk melahirkan masyarakat Minangkabau yang penyayang, saling menghargai, menghormati sesama, dan tidak aniaya satu sama lain. Menanamkan tata kehidupan saling kasih mengasihi dan beradab sopan sesuai Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah di Minangkabau.
Generasi Minangkabau, mesti meniru kehidupan lebah, yang kuat persaudaraannya, kokoh organisasinya, berinduk dengan baik, terbang bersama membina sarang, dan baik hasil usahanya serta dapat dinikmati oleh lingkungannya.
Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa generasi Minang yang menjadikan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah sebagai pandangan hidupnya telah menjadi insan yang beradat dan bermoral. Seiring dengan mulai lunturnya pandangan hidup tersebut, generasi Minangkabau pun mengalami krisis kebudayaan dan banyak terjadi kerusakan moral pada generasi muda. Begitu banyak penyimpangan yang apabila disampaikan satu per satu bias membuat kita yang mendengarnya menjadi terhenyuk dan meneteskan air mata asalkan pendengar tersebut memiliki perhatian yang besar pada perkembangan generasi muda Minangkabau kearah yang lebih baik. Oleh karena itu marilah kita tanamkan kembali filosofi terdahulu yang mampu membuat kita kembali disegani di mata Nasional dan Internasional. Mari kita semua Mambangkik Batang Tarandam. Kita hidupkan kembali filosofi Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah yang telah lama terpendam.
2. Saran
Untuk itu penulis mengajak para pembaca dan pendengar yang sebagian besar adalah generasi muda minangkabau itu sendiri untuk bangkit membangun budaya Minangkabau. Hal yang sangat tidak mungkin jika kita mengharapkan orang luar Minangkabau untuk melestarikan budaya kita. Kita sebagai generasi Minangkabau lah yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan itu semua.
Penulis juga mengingatkan bahwa kita semestinya menjadikan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah sebagai filosofi dan pandangan hidup kita. Jika kita telah kembali kepada filosofi penting tersebut, Insya Allah generasi muda Minangkabau ysaat ini bisa menyamai bahkan melebihi kesuksesan generasi emas terdahulu.
DAFTAR PUSTAKA
  • Abidin, Masoed. Tulisan Buya. http://hmasoed.wordpress.com. 8April2008.
  • Sutoro, Eko. Pelari Terdepan Desentralisasi desa. http://www.ireyogya.org. 29 Juli2008.
  • Dr. Parakitri. Artikel Seratus Tahun Hatta. http://www.pelaminanminang.com. 9Agustus2002.
  • Humanoria. Runtuh Budaya Minangkabau. http://www.pelaminanminang.com. 24 November 2004.

1 komentar:

Muhammad Ismi mengatakan...

update taruih coy

About Me

Foto Saya
Muhammad Ismi
Lihat profil lengkapku

Entri Populer